dunia kecil di belantara maya
ada di sudut kelokan jalan
dekat dapur peradaban

/depan
/indeks fragmen

/link
/isisitus

BLUES KEHIDUPAN

Lagi-lagi hujan dengan angin dingin menerpa ke hadapan. Sekejab menyeret pergi semua keriaan kota, lalu digantikan kekelaman yang kejam. Kemana perginya keramahan dan kesenangan hidup? Entahlah. Barangkali ia bersembunyi di bawah atap-atap kemapanan dan enggan berada di jalanan. Barangkali ia seperti debu-debu jalan yang tersapu oleh derasnya hujan. Barangkali ia sudah masa bodoh dengan harapan-harapan yang dititipkan pada tetes-tetes air yang jatuh menghujam ke tanah. 

"Ah, mengapa pula Jakarta harus hujan ini malam? 
Jemu dan menyebalkan!"

Seorang lelaki menggerutu. Tak terlalu lama, karena ia pikir akan percuma. Bukankah demikian adanya: kehidupan memang menjemukan. Siapa bilang ia penuh kejutan? Itu cuma bisa-bisanya Seno Gumira Ajidarma dengan cerita cintanya. 

Baginya, semua selalu berakhir sama: ketidakpastian yang berujung pada tragedi. Kita boleh punya rencana, punya cita-cita, dan berusaha untuk mencapainya, tetapi hidup tak berjalan seperti kemauan kita. Kita tak pernah tahu kemana hidup ini membawa kita pergi. Barangkali kita tidak akan pernah mencapai tujuan kita. Barangkali kita akan mencapai tujuan kita, tetapi dengan cara yang tidak terduga. Siapa yang tahu, siapa yang menyangka karena realita tak mudah dicerna. Karena faktanya, ia yang semula hendak pergi keliling kota, kini cuma bisa menatapi jendela. 

"Hidup tak lagi ramah," pikirnya.

Dengan kesal, ia duduk kembali. Agaknya rencana semula untuk keluar dari kamar yang menyesakkan batal sudah. Ia masih ditemani suara blues Keb 'Mo' yang keluar lamat-lamat, tapi sanggup memecah kebisuan dan keheningan. Teriakan --atau tepatnya erangan, entahlah-- penyanyi yang bernama asli Keb Moore berhasil mengisi relung kekosongan waktu antara kesunyian dan derai hujan dengan menyanyi:

- She had no explanation
about why she had to go -

Ah, ia ingat. Dulu, lagu "You Can Love Yourself" ini sering ia nyanyikan. Tentu saja di depan para penonton yang selalu rindu suaranya yang parau. Barangkali bukan suaranya yang jadi pemikat. Bisa jadi mereka pikir ia menjiwai keluh kesah sang legendaris blues itu yang sedang galau. Bukankah penikmat blues adalah jiwa-jiwa hilang yang mengais-ngais harapan?

- Well I can't take a joke
But I can take a hint
She don't love me no more -

Tidak. Lagu ciptaan Keb Moore ini terlalu sedih. Lagi-lagi cerita tentang kemiskinan hati yang menyayat-nyayat. Ibarat mengorek kisah lama yang menoreh perih. Tapi ia tak pernah paham mengapa lagu-lagu blues seperti sihir. Apalagi kalau didengarkan tengah malam yang diselimuti dinginnya yang kejam. Irama blues bekerja dengan cara yang serupa mantra-mantra, berulang-berulang, nyaris tanpa kerumitan yang berarti. Dan ia melihat dampaknya, para penonton ikut mengerang, mengaduh, atau diam dalam pedih.

Ia ingat diskusi malam 13 Januari '99, saat hujan deras dan banjir dimana-mana, tentang blues dan jazz. Ia katakan, "Blues ibarat roman yang sensitif dan jazz adalah cerita yang cerdas." Tentu saja ia bisa berkata demikian. Ia adalah mantan penyanyi yang telah lama undur diri. Sangat disayangkan ia tak lagi menyanyi. Katanya, ia terlalu sedih. Katanya, setiap hari ia meratapi sebuah kepergian. Sayang sekali.

- But if nobody loves you
and you feel like dust on an empty shelf
just remember you can love yourself - 

Ah, kalau saja bisa ia nyanyikan larik refrain itu sembari mengerang parau. Betapa ingin ia menjeritkan kesesakan --tentang kepergian kekasih, lalu mengapa ia begitu cepat dilupakan, menyesali mengapa begitu cepat cinta tergantikan-- namun tak dapat! Barangkali kini ia hanya sanggup menyanyi dalam kebisuan. Cuma menggumam nada-nada sendu itu di dalam hati. Sangat disayangkan ia tak lagi menyanyi.

Katanya ia ingin kembali berkelana, tetapi tidak tahu mengarah kemana. Ia hanya sanggup membayangkan dirinya seperti camar laut. Terbang ke pantai-pantai indah, tempat pasir putih berserakan. Ke kota-kota pelabuhan yang riuh ramai oleh kesibukan kelasi dan awaknya. Atau ke padang ilalang tempat bunga-bunga rumput tumbuh dan rimbun menyemak. Membayangkan menikmati ikan haring di laut yang teduh kepulauan hijau di Karibia. Alangkah indahnya. Sempat mampir di kepalanya tentang sebuah percintaan di tepi pantai Karibia. Bergumulan di tebalnya pasir putih. Dipeluk ombak, tenggelam dicumbu gelombang. - Aih!

Ia tertawa hampa. Kembali ia menatap ke jendela, lalu ia temui yang nyata. Itu adalah bau hujan di luar jendela. Sudah pasti itu pertanda yang seharusnya ia beri makna. Makna itu akan memberi jawaban atas ribuan pertanyaan yang selama ini bertengger di kepala: bagaimana cara menikmati hidup yang fana. Seharusnya semudah menikmati kopi hitam kental tanpa gula. Atau satu sloki minuman vodka yang direguk cepat tanpa jeda. Seharusnya demikian. Tapi ia merasa perlu bertanya. Tentu saja pada mereka yang dapat menikmatinya. 

Barangkali seharusnya ia tidak melarikan diri lagi. Tidak lagi. Barangkali ia harus berhenti meratapi sebuah kepergian, dan memulai lagi menyanyi. Seharusnya demikian. Bukankah dengan menyanyi segala duka akan menjauh pergi? 

Bahwa kemuraman selalu ada dan hidup memang menjemukan, ia tak hendak membantahnya. Tetapi apa salahnya dengan sedikit menyanyi? Siapa tahu ia dapat menangkal tragedi? 

Barangkali cara menikmati hidup yang fana juga semudah menirukan vokal B.B. King, lalu menyanyikan lagunya yang dahsyat itu: "I got to leave this woman" Betapa mudahnya! 

Lihatlah betapa berbelit-belitnya cara yang harus ia tempuh untuk menemukan jawaban yang mudah ini. Betapa banyak waktu yang ia sia-siakan dengan bermuram durja. Tujuh bulan sejak pertengahan tahun lalu? - Astaga!

Bersamaan surutnya derai hujan, ia bangkit berdiri. Mencoba menerobos sisa-sisa hujan yang memudar. Pergi menuju ke keramaian kota yang bangkit berdiri. Meninggalkan kesesakan dan kesendirian yang terperangkap di dalam kotak duka. Sayup-sayup, terdengar bisikannya yang lirih, "Aku harus menyanyi lagi. Permisi."

Jakarta, 22 Januari 2001

Kreasi ini dilindungi oleh kesetiaan dan ketekunan, 
jadi mohon hargailah dengan layak dan sepantasnya.
Permohonan atas salinan puisi bisa disalurkan lewat email.
Amang's World - 2001-2003