dunia kecil di belantara maya
ada di sudut kelokan jalan
dekat dapur peradaban

/depan
/indeks fragmen

/link
/isisitus

LIRIK-LIRIK BLUES

KAU, pengecut! Bahkan untuk mengatakan perpisahan, kau tak berani mengucapkannya langsung kepadaku. Sebaliknya, malah kau kirimi aku lirik berikut ini.

I'm going to leave baby, ain't going to say goodbye
I'm going to leave baby, ain't going to say goodbye
But I'll write you and tell you the reason why
1

Namun, itulah kehidupan. Tiga perempat dari penduduk dunia ini dihuni oleh mereka, para pengecut yang penakut. Salah satunya, dirimu yang meninggalkan aku begitu saja sementara aku masih terlelap tidur di ranjang yang kusut. Padahal baru tadi malam kita bercinta dan bercumbu penuh birahi. Bahkan puting susuku masih mengeras di pagi ini karena nafsumu yang memuncak tadi malam dan sisa kenikmatan bercinta masih terus terasa di bawah perutku. Aku mencintaimu, Sayang. Tapi oleh karena cinta itukah kau lalu menghambur pergi? __Ah, jangan munafik! Setiap orang membutuhkan cinta, 'kan?

Suratmu yang berisi segala gundahmu akan cinta yang kau pandang mustahil dan sisipan lirik lagu blues itu telah kubaca sejak pagi. Kopi yang kubuat untukku sendiri telah lama dingin, tapi tak seteguk pun kuminum. Sedang abu rokok seasbak penuh di atas meja kecil di dapur. Aku tak habis pikir tentangmu. Aku tak memahami isi kepalamu yang rumit itu, padahal cintaku sederhana saja. __Dasar sundal! Rupanya kau tak memahami apapun tentang cinta.

Rokokku sudah habis. Kembali kukenakan piyama dan keluar dari pintu apartemenku. Lalu kembali lagi lima menit kemudian dan segera menyalakan tape keras-keras lagu Robert Johnson Me and the Devil Blues.

Well, the blues am a achin' old heart disease
Well, the blues am a low down achin'
heart disease
Like consumption, killin' me by degress.
2

Lirik blues seperti morfin, penawar rasa sakit. Ia kukonsumsi seperti halnya alkohol di saat gelisah menyerang. Namun jauh di dalam hatiku, aku percaya bahwa lirik-lirik blues mengandung kebijaksanaan, fakta kehidupan, dan bahkan seringkali menembus batas otobiografi si penulis yang dipenuhi dengan hasrat, kesendirian, dan kelembutan.3 Lirik-lirik blues penuh dengan segala hal personal: tentang dorongan seksual dan sering tentang sakitnya sebuah pengkhianatan, suatu penolakan, dan persoalan cinta yang kandas. Ataupun situasi-situasi depresif seperti menganggur, lapar, miskin, jauh dari rumah, rasa sepi atau putus asa atas cinta yang tak setia. Lirik-lirik blues itu nyata, sama nyatanya seperti realita itu sendiri.

Seperti kukatakan tadi, setelah Robert Johnson selesai menyanyi, hatiku mulai tenang. Lalu perlahan wajahmu yang penuh peluh tadi malam dengan sungging senyum bahagia perlahan mulai mewujud. Seketika itu aku ingat kau, Marko. Bukankah di saat bercinta denganku tadi malam kau menangis. Bulir airmatamu meleleh jatuh ke dadaku yang sedang dilanda api hasrat yang membara. Katamu, baru kali itu kau dicintai oleh seorang perempuan. Katamu, baru kali itu kau merasa bahagia. Klimaks yang kita alami berdua sungguh indah tak terlukiskan. Bahkan tubuhku tak henti-hentinya mengalami sensasi orgasme yang repetitif, seolah mencandumu.

Namun ini hari aku mempertanyakan semua bualanmu itu, Pelacur. Apakah semua yang kau katakan itu ungkapan sesungguhnya atau itu sebenarnya hanyalah kalimat bius rayu yang biasa kau ucapkan pada setiap pelanggan yang kau layani di hotel-hotel berbintang. Apakah benar bisik manismu di cuping telingaku saat kita mencapai klimaks bahwa kau mencintaiku (lalu sayup masih terngiang di telinga gema bisik manismu, "Aku tak dapat hidup tanpa kau. Aku mencintaimu.")

Sayangku, kau sebut dirimu sebagai salah satu dari laki-laki penelusur malam-malam panjang. Padahal setiap hentakan yang kau luapkan tadi malam pada diriku, kuyakin kau lakukan karena kau menginginkan diriku, bukan tubuhku. Kau bukanlah mesin seks dan kemaluanmu itu bukanlah piala yang harus digilir dari satu perempuan ke perempuan lainnya. Tak mungkin kau mengabaikan perasaan itu, ketulusan dan kesederhanaan cintaku yang selalu kutitipkan di setiap kecup di kening dan bibirmu. Masihkah penting kau cari madu dari setiap perempuan yang tidur denganmu? Masihkah panjang petualangan seksualmu dengan keliaran fantasi yang tak sanggup kubayangkan? Marko, Sayangku. Meski kau pelacur, tapi aku mencintaimu.

Di luar hujan gerimis. Guntur menyalak satu dua kali. Lalu kamar yang lengang, ranjang yang kusut masai, dan dinding beku. Aku mulai memikirkanmu kembali. Robert Johnson masih sibuk berpidato diiringi ritme yang tak lazim. Ia masih sibuk menyamakan dirinya dengan Charles Patton, Blind Lemon Jefferson dan Lightnin' Hopkins untuk alasan yang tak lagi dapat dicerna. Padahal ia sudah kuanggap legenda blues. __Ayolah, musikmu sudah terlalu uzur. Tak perlu kau paksakan lirik-lirik panjang itu ke dalam musikmu. Ini 'kan cuma rekaman tua antara tahun 1920-1930. Lebih baik kau temani aku. Bernyanyilah untukku!

Waktu semakin tak pasti berjalan, tapi justru aku semakin yakin bahwa Marko tak akan kembali ke sini.

Apartemen Rasuna-Jakarta, 2003

1. Rekaman lagu ini tidak diketahui asal-usulnya. Diperkirakan direkam tahun 1970 sesuai dengan judul album kompilasi Blues Hits '70.
2. Robert Johnson, Me and the Devil Blues. 'Blue devils' merupakan bahasa slank untuk sesuatu yang melankolis.
3. Willie Dixon (penulis lagu, sastrawan, filsuf) pernah menulis, "Everything that's under the sun, that crawls, flies, or swims likes music. But blues is the greatest, because blues is the only one that, along with the rhythm and the music, brings wisdom."

Kreasi ini dilindungi oleh kesetiaan dan ketekunan, 
jadi mohon hargailah dengan layak dan sepantasnya.
Permohonan atas salinan puisi bisa disalurkan lewat email.
Amang's World @ 2003