/depan
/indeks esai

/link
/isisitus

Aku menulis karena memang hatiku menggerakkan syaraf di tanganku untuk menceritakan sesuatu. Ini bukan sebuah rekayasa pikiran seperti yang kau bayangkan. Hal ini seperti air yang mengalir riang menuruni bebukitan. Hal ini seperti darah yang berpacu mengalir ke bilik jantung kita.

Jadi, aku tak pernah ingin menjadi penulis, tetapi jemariku ini terus menuturkan kisahan. Lagipula ini bukan soal apa yang aku inginkan, tapi ini perkara kebenaran. Kebenaran yang akan membebaskan.

Kepadaku pernah kau tanyakan hal ini berulang kali: mengapa tak lagi kau baca tulisanku. Dan seperti yang kau ingat, aku selalu punya jawabannya. Bahwa aku selalu menulis, hanya saja tulisanku bukanlah hal yang ingin kau baca. Karena aku menuliskan yang selalu dihindari orang. Aku memilih menulis tentang hal yang kita benci bicarakan, bahkan tak hendak kita pikirkan. Tak menjadi soal bila kau tak menyukainya. Tak menjadi soal bila kau mengingkarinya. Tak menjadi soal bila lalu kau tertawakan isinya. Karena hal ini tak dituliskan untuk memuaskanmu, tak juga untuk diriku.

Kutuliskan apa yang harus dituliskan. Tentang perang, malapetaka, tragedi, hidup, musik dan cinta. Namun, aku menuliskannya bukan untuk nafsuku. Aku menulis atas nama kebenaran, meski kau dan aku tahu, nilai kebenaran itu amatlah penuh syak-prasangka. Tapi ketahuilah, kebenaran yang kutuliskan adalah kebenaran yang akan membebaskan. Ia akan memberikan sayap untuk terbang. Ia akan memberikan kaki yang kuat untuk berdiri dan melompati rintangan. Ia akan memberikan hati bagi benda-benda mati. Tapi juga ini kebenaran yang datangnya berasal dari manusia sehari-hari. Bagiku, kebenaranku bukanlah tafsir. Karena kebenaran yang kubicarakan ini adalah kemanusiaan yang sejati. Untuk kebenaran itulah, aku menulis.

Jakarta, 17 Januari 2003