dunia kecil di belantara maya
ada di sudut kelokan jalan
dekat dapur peradaban

/depan
/indeks sobat

/link
/isisitus

AKU DAN SEEKOR SEMUT HITAM

Aku dan seekor semut hitam
Saling tatap dalam diam
Apa yang ia pikir tentangku
Itu pikirku tentangnya

Semut hitam anggukkan kepala pada senyumku
Siap-siap hendak melangkah
Jangan! Cekatku di dalam hati
Sebab kau belum lagi ceritakan padaku apa yang kau lihat dari mahluk bodoh yang menatapmu ini

Adakah kau lihat bahwa aku begitu sepi
Sehingga punya waktu untuk menenggang waktu menatapmu?
Atau begitu bodoh menanggap diri bisa membaca pikirmu
Atau begitu malas mencerna makna hidup dan seluruh kerumitan yang ada padanya sehingga hanya menatapmu dari saat ke saat
Atau begitu tak mengerti ada waktu untuk membiarkan kau dengan seluruh rahasia waktu dunia bawah tanah?

Semua itu aku tak pernah tahu
Kau hanya anggukkan kepala, mengangkat dua kaki depan memberi salam
Tanpa beban kau melangkah
Menyusul kawan semut hitam
Yang menunggumu membantunya mengangkat daun 

Hei, untuk bekal makan kah? Tempat tidur empuk untuk ratusan telur ratukah? Sekedar permainankah?
Tapi itu tak kutanyakan lagi padamu
Sebab aku tahu
Engkau hanya menatapku, kemudian melangkah tanpa kata. 


(papua, 27 Agustus, lagi resah nungguin kawan papua yang tak kunjung tiba)

Kreasi ini dilindungi oleh kesetiaan dan ketekunan, 
jadi mohon hargailah dengan layak dan sepantasnya.
Permohonan atas salinan puisi bisa disalurkan lewat email.
Amang's World @ 2003