Ya, itu terjadi pada suatu ketika
saat aku hanya ditemani bayang-bayang
dari langit redup ke dalam senja temaram
dan barisan walet pulang ke ranjang
dalam sayup semarak gema adzan

yakni pada suatu ketika
saat tiada jadi lebih bermakna
mulut terkunci diganti monolog hati
diam didaulat jadi kencana

seumpama petir menyambar-nyambar
pada suatu ketika kesadaran tiba:
betapa menjadi sepi itu begitu menakutkan
betapa menjadi sepi itu begitu memilukan
betapa menjadi sepi itu bukanlah pilihan
betapa menjadi sepi itu serupa penjara
betapa menjadi sepi itu laksana kubur

pada suatu ketika
kesadaran itu tiba
lalu apa? apakah yang mampu mengubahnya?

jika sepi itu cuma sketsa suasana
mengapa ia begitu jadi beban
bayangan pedih yang membuat mata jadi perih
menguras air dari sudut hati

pada suatu ketika
kesadaran itu tiba
betapa menjadi sepi itu
ternyata hanya cita-cita
yang tak pernah bisa kujalani

Jakarta, 31 Oktober 2004