/depan
/indeks esai
/link
/isisitus
|
|
|
|
TENTANG BERPASANGAN
Adinda,
Satu kali kau pernah datang padaku, saat kunang-kunang menerangi malam. Katamu, "Oh indahnya bila berpasangan!" Aku hanya dapat mengiyakan. Satu persetujuan atas ungkapanmu, sedang yang lain juga sindiranku untuk kesendirian yang menderaku. Ucapanmu itu melecut keinginanku untuk mengkaji gagasan tentang berpasangan. Bukankah gagasan ini sudah berumur teramat tua? Aku tak hanya bicara tentang pasangan modern Paul (Paul Raiser) dan Jamie (Helen Hunt) di komedi situasi "Mad About You" . Atau tentang legenda si gergasi Shrek dan Putri Fiona yang cantik, Joko Tingkir si pencuri dan sang bidadari bernama Dewi Nawangwulan. Bukankah bisa juga dengan semena-mena garis lurus ini kita tarik hingga ke kisah penciptaan manusia, Adam dan Hawa? Atau perlu juga aku kutipkan legenda kuno Jepang tentang bumi dan langit, tentang air dan udara? Aku tahu semua ini tentulah ada maksudnya; hidup janganlah dihabiskan dalam kesendirian.
Adinda, kau katakan kepadaku bahwa berpasangan itu amatlah menyenangkan. Kau katakan sedemikian rupa berikut deskripsi nilai-nilai positif yang bisa dipetik dari indahnya berpasangan. Sungguh, betapa aku sangat memimpikan kesenangan hidup itu.
Tapi kau dan aku tak dapat memungkiri bahwa proses pencarian pasangan amatlah melelahkan. Kau dan aku bukanlah burung-burung manyar yang memilah pasangan atas kemampuan membangun sarang untuk didiami. Juga bukanlah si hippies Dharma yang dipertautkan dengan Greg karena suatu kebetulan. Kau dan aku bukanlah pelaku-pelaku sejarah kemanisan hubungan percintaan. Kau tak ubahnya aku adalah pejalan kaki di gurun hubungan yang terik, berdebu, penuh dera dan tangisan. Terisi cerita jatuh-bangun. Sekali bangkit, untuk jatuh berulang kali.
"I wish life is easy" atau "If only I have a simple mind". Pengandaian itu kau ucapkan di sebuah gerai fastfood ayam goreng di Blok M. Namun, bukankah hidup memang tak mudah dan soal berpasangan bukanlah soal membatasi jarak berpikir kita? Bagaimanapun, Adinda, hadapilah realita ini: "Life is never easy!" Kau kecewa? Sudah barang tentu!
Akhirnya, baiknya kau dan aku terus percaya bahwa proses pencarian ini akan berakhir di suatu masa. Bukan terhenti karena sebuah kompromi yang bodoh atau didesak oleh birahi, tetapi karena telah temukan belahan jiwa yang bersedia menemanimu terbang menyusuri garis-garis awan.
Kudoakan dan jauh sini. Salam.
Jakarta, 1 September 2001
|