dunia
kecil di belantara maya ada di sudut kelokan jalan dekat dapur peradaban |
TENTANG PERANG
Kataku, perang adalah sebuah pembenaran. Pembenaran atas kepentingan apa saja, termasuk ekonomi minyak, agenda sosial-demokrat, militerisasi, gelombang "globalisasi" atau bahkan sakit syahwat. Dan yang namanya pembenaran itu tentu saja dilakukan secara sistematis dan terencana untuk menutupi sesuatu yang salah dari awal-mulanya. Hukum dari pembenaran adalah melawan yang wajar dan sepenuhnya alami. Katakanlah begini: semua kita pasti pernah beranggapan bahwa perang seumpama hukum rimba. Bunyinya, "Yang kuat mengalahkan yang lemah. Yang kuat berkuasa, yang lemah harus lenyap dari muka bumi". Namun ketahuilah, perang bukanlah hukum rimba. Tidak, sekali-sekali itu adalah pemikiran yang keliru.
Sekali lagi kukatakan, perang adalah sebuah pembenaran. Serta sejarah adalah sebuah penafsiran atas pembenaran itu. Dalam hidupku, tak pernah aku ikut perang dan kuharap selamanya akan seperti itu. Satu-satunya yang pernah kulakukan adalah berdiri ikut demonstrasi, itupun aku tak ubahnya figuran. Namun perang adalah hal yang kubenci. Karena di dalam perang, tidak ada pemenang dan korban. Semua kita adalah korban ketika perang berkobar. Semua kita membuang rasa kemanusiaan kita. Semua kita kehilangan makna.
Perang adalah tradisi yang bobrok dalam kemanusiaan kita. Ia disuburkan oleh ketidaktahuan, doktrin-doktrin dan dogma atas suatu pembenaran yang keliru. Perang, sejatinya, adalah duri dalam peradaban. Bagaimana mungkin kita mengenang perang sebagai suatu kejayaan. Perang Troya yang hebat, perang kemerdekaan segala bangsa, perang Sam Kok untuk menyatukan seluruh dataran Cina yang agung, perang Paderi, babad tanah Jawi, perang Iran-Irak, perang Irlandia-Inggris, pengeboman Inggris oleh pesawat-pesawat Nazi, pembantaian Khmer Merah, Vietnam, Kemelut Korea, perebutan penjara Bastille, dan sejumlah perang lain termasuk perang hari ini, dipelihara dalam darah kemanusiaan kita.
Perang adalah sebuah kebohongan yang disembunyikan secara rahasia dari kita. Tak seorang pun tahu mengapa ia ada. Tetapi aku menolak untuk mengatakan bahwa ia akan selamanya hidup dalam denyut nadi jantung kemanusiaan kita. Dimana aku berdiri, perang cuma berarti tahi sapi.
belahan timur dunia, 20 Mar '03
|
Kreasi ini dilindungi oleh
kesetiaan dan ketekunan, jadi mohon hargailah dengan layak dan sepantasnya. Permohonan atas salinan puisi bisa disalurkan lewat email. Amang's World @ 2003 |