/depan
/indeks esai
/link
/isisitus
|
|
|
|
RAYUAN GOMBAL SEORANG
BAJINGAN (2)
Bagian 7 - Surat Seorang Bajingan Kepada Istrinya
ISTRIKU,
Bila malam sepi seperti malam ini, kadang-kadang kerinduanku tak pernah tercukupi oleh tulisan satu halaman saja. Aku sedang mengingat-ingat, kapankah terakhir kali aku menciummu? (Apakah kau ingat? Mengapa aku melupakannya?) Sebab, aku ingin memberikan ciuman terindah untukmu.
Di pipikah? Kening? Hidungmu yang mungil itu? Atau, kata temanku, di pelupuk matamu (aku ingat sekali kau punya tahi lalat kecil di pelupuk bawah mata)? Di bibirmu yang mungil itukah aku harus mencumbumu? (Hmm, aku sedang berpikir keras.)
Tunggu, tunggu. Oh, sekarang aku tahu...
Bukankah kau pernah berkata (atau siapa?) sangat suka bila aku mengecup lembut telingamu? (tapi pernahkah kulakukan itu? aku agak lupa.)
Ah, iya. Aku ingin mengecup lembut telingamu (pasti tanpa tedeng aling-aling), karena itu yang paling indah. Tapi omong-omong, bagaimana kuharus memulainya? Maklum, referensi tentang bagaimana mencium yang terindah belum bisa kudapatkan di toko buku manapun.
Ruang Serba Coklat, 24 April 1997 - 00.32
N.B.: Kalau ada buku tersebut di toko-toko buku, segera kirimkan kepadaku ya... Aku merindukanmu (lagi!)
|