dunia kecil di belantara maya
ada di sudut kelokan jalan
dekat dapur peradaban

/depan
/indeks sobat

/link
/isisitus

MANA BISA AKU

Di tengah gelap sunyi dalam jeratan asap hitam,
Tertampar aku, seperti tersapa halilintar
Dalam samar kabut remang remang
susah payah kucerna erangan pilu sang Camar,
"sedang kau yang maya, memilih melesat pergi
apalagi yang di dunia nyata, mungkin tak akan pernah kembali"

Tidak! Jangan!
Oh, sayang, siapa gerangan yang melesat pergi?
Siapa gerangan yang menyisakan sepi?
Siapa gerangan?
Sayang, Penyuluh kerlip binar bintang
Mana bisa aku?
Mana bisa kumelesat pergi meninggalkan suluh yang membuatku bersinar?
Jika sampai aku pergi, darimana kudapatkan suluh sinar bagi kerlip abadiku?

Betapa kejam, wahai Kau Camar yang aku Cinta.
Mana bisa bersit itu datang padamu;
"mungkin kau kini sedang bernyanyi 
lagu "Sephia" di dalam keremangan sanubari
- selamat tinggal kasih tak terungkap,
semoga kau lupakan aku cepat-" 
Mana mungkin bisa kunyanyikan rima bencana seperti yang kau tuduhkan?

Ampuni aku sayang
Ampuni aku jika kubuat kau gelisah
Tidak sayang, mana bisa aku?
Mana bisa aku melesat pergi,
sementara pelitaku ada di sini
Tanpanya, tak ada kerlip kecil si bintang malam

Aku hanya tersembunyi di balik awan hitam yang menyesakkan
tak mungkin aku melesat pergi, Camar yang aku Cinta
Jangan sakiti aku,
dengan kelebat keji kau katakan aku tinggalkanmu

Sepenuh Cinta,
- Bintang Malam- 

(Wed, Feb 7 2001 10:02:47 PM)


Kreasi ini dilindungi oleh kesetiaan dan ketekunan, 
jadi mohon hargailah dengan layak dan sepantasnya.
Permohonan atas salinan puisi bisa disalurkan lewat email.
Amang's World @ 2003