dunia kecil di belantara maya
ada di sudut kelokan jalan
dekat dapur peradaban

/depan
/indeks sobat

/link
/isisitus

MALAMKU UNTUKMU

Kepada kawan entah dimana,

Jam selalu berdetak meski kupenjam mata ini
Kuintip sedikit, namun masih saja jarumnya bergerak
Secangkir kopi ini tak kan bangunkanku...
Waktuku telah habis...

Dua jam sudah aku menunggu
Adakah berdering telepon untukku
Walau ku tau tak kan ada
Kuberharap dia baik baik saja...

Halo? Halo? kuletakkan lagi gagangnya...
Hanya bunyi dengung panjang seperti janji janjinya
Semua datar dan tak tahu bagaimana memaknainya?

Halo? Halo? walau tak ada dering...
Ku coba paksakan anganku, berharap kudengar merdu rayunya

Malam tetap berbintang, meski awan berlapis sembilan
Malam tetap terang, meski lampu jalan dipadamkan
Malam tetap ceria, meski kamu dengarkan blues
Malam tetap gembira, meski aku disini menanti dalam sendiri

Malam tetap malam?
Meski esok tak kau lihat lagi siang?
Malam tetap malam?
Meski dia bisikkan malam adalah siang?

Aku ingin sendiri...
walau kini ku sedang menantimu
kawan...

Jakarta, 13 Februari 2001
Kamar 7x2.5
dalam terang dan dingin...

Kreasi ini dilindungi oleh kesetiaan dan ketekunan, 
jadi mohon hargailah dengan layak dan sepantasnya.
Permohonan atas salinan puisi bisa disalurkan lewat email.
Amang's World @ 2003